Indonesia Mampu Kembangkan Robot Lunak
Indonesia dinilai sudah mampu mengembangkan robot lunak yang dapat mengerjakan banyak tugas penting.
Robot lunak yang bekerja menggunakan sistem saraf seperti manusia ini dapat memantau musuh dan menyimpan data serta memodifikasi benda yang dikendalikan dari jarak jauh. Namun, sejumlah pakar meragukan political will pemerintah untuk pengembangannya di Indonesia.
Pakar Fisika dan Mikroelektronika Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Bernardus EF Da Silva mengungkapkan, beberapa negara seperti Kanada sudah menerapkan robot lunak. Instansi pemerintah dan swasta di Kanada mulai memanfaatkan jasa robot lunak yang bekerja efektif dan efisien.
Selain bekerja dengan sistem nanostructure melalui saraf seperti otak manusia, robot lunak juga dikombinasikan dengan teknologi informasi dan komunikasi.
“Dengan nanoconstructoryang dapat dengan cepat mengurai dan menyampaikan pesan ke pusat saraf. Robot lunak mampu mengerjakan pekerjaan penting yang biasa dilakukan manusia,” papar Da Silva seusai pengukuhan dirinya sebagai guru besar di Universitas Gunadarma, Jakarta kemarin.
Hanya, mantan Wakil Dekan Fakultas MIPA UI ini pesimistis pemerintah mau membuat dan menerapkan robot lunak. Menurut dia, dana yang besar menjadi kendala utama pembuatan robot lunak tersebut. Apalagi, perhatian pemerintah terhadap teknologi masih sangat minim.
“Biaya untuk membuat robot lunak sangat mahal, termasuk biaya perawatannya. Lembaga teknologi saja tidak mendapatkan perhatian yang lebih. Padahal sumber daya manusia (SDM) kita mampu bersaing dengan bangsa lain,” ujar pria kelahiran Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.
DaSilva melanjutkan, kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan teknologi di Indonesia, membuat orang-orang pintar yang menjadi aset negara lari ke negara lain.
“Sebagian dari kita mungkin tidak tahu, di Spanyol, Inggris, Jerman, Prancis, dan Amerika ada orang Indonesia yang bekerja atau dipekerjakan sebagai tenaga ahli untuk teknologi. Saya pernah melakukan dan diundang riset ke Prancis, Spanyol, dan Jerman, di sana banyak orang Indonesia yang bekerja di pusat teknologi. Dengan berbagai fasilitas yang diberikan, mereka jelas memilih pergi dari Indonesia,” ujarnya.
Pakar Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Gunadarma Prof Dr Sarifuddin Madenda mengatakan, kombinasi antara sistem nanostructure dengan teknologi informasi adalah sinergi dari perintah dan penyimpanan data. Pada saat robot lunak melakukan tugasnya yang dijalankan melalui saraf (nanostructure), dengan cepat data yang ada disimpan.
“Jadi pada saat robot diperintahkan kembali melakukan tugas yang sama, dia sudah tahu persis tugasnya seperti apa karena data sudah ada data yang tersimpan.” kata pria yang menyelesaikan program doktornya di Universite de Quebec a Montreal, Kanada, ini sesuai dikukuhkan menjadi guru besar di Universitas Gunadarma kemarin.
Namun, lagi-lagi Sarifuddin menyoroti masalah dana dan perhatian pemerintah terhadap perkembangan teknologi di Indonesia. Menurutnya, meski Indonesia memiliki SDM yang bagus di bidang teknologi, hal itu menjadi percuma karena minimnya perhatian pemerintah terhadap teknologi. (sindo//srn)
No Comments